Kamis, 22 Desember 2011

Arwah Dunia Lain Bantu Pembangunan Musala

Kepercayaan terhadap hal-hal gaib sudah berkembang lama di desa saya. Dulu, banyak orang percaya bahwa pohon randhu alas di salah satu makam desa dihuni oleh dua orang perempuan yang gaib. Bahkan sumur tua yang berada tak jauh dari musala juga disebut-sebut sebagai tempat angker.

Meski zaman menjadi semakin modern dan banyak orang berpikir lebih rasional, tapi kepercayaan warga desa terhadap hal-hal gaib tak juga luntur. Meski sudah banyak yang menjalankan ibadah agama, hal-hal berbau mistis itu masih melekat pada mereka.

Ndilalah kopyah, belum lama ini terbukti ada kejadian aneh yang berhubungan dengan jagad gaib. Berlangsung saat musala desa dibangun. Ketika terjadi gempa 27 Mei tahun kemarin, banyak rumah did esa saya hancur, begitu pula musalanya. Menjelang Ramadhan 1427 H kemarin, ada beberapa warga desa memulai iguh pertikel untuk membangun musala. Banyak warga rela bekerja lembur sampai malam hari. Lebih lagi para pekerja mudanya.

Suatu malam, Yanto, Mugi, Surat, dan Tarman (semua nama samaran) mendapat jadwal gotong-royong. Awalnya suasana berlangsung biasa-biasa saja. Dengan cekat-ceket para warga melakukan tugasnya masing-masing, namun tiba-tiba suasana itu berubah saat Surat akan mengambil semen cor-coran.

Lahdalaaah! Surat sempat njondhil karena melihat paculnya ngudhak-udhak semen sendiri. Surat berteriak, “Sett, seeetaaan!”

MENDENGAR teriakan Surat, temannya datang untuk melihat apa yang terjadi. “Ada apa, Rat?” Tanya Mugi.

“Iiii, iiitu, lihaaat!” katanya sambil menunjuk pazul yang bergerak sendiri.

Paculnya bergerak terus. Tak beberapa lama, sosok penggera pacul itu mulai muncul sepotong demi sepotong. Ketika bentuknya mulai utuh, terlihat wajahnya bercucuran darah, tubuhnya penuh dengan luka-luka. Dia mengenakan baju sobek-sobek berwarna biru dan berdarah.

“Iitu, ituu kan, Suraji (nama samaran) yang meninggal karena gempa kemarin?” kata Yanto sembari menunjuk sosok yang muncul tiba-tiba itu. Karena takut, mereka langsung berlari memanggil Kiai Sutopo (juga samaran) dan menceritakan apa yang terjadi. Mereka lalu kembali dengan Kiai itu. Sampai di lokasi kejadian gaib itu, Suraji masih terlihat mengaduk semen.

“Masya Allaaah, Suraji, kamu itu sudah meninggal. Janganlah kamu mencampuri urusan duniawi. Tempatmu bukan di sini. Pulanglah ke alammu sendiri!” kata Kiai sambil mengawasi Suraji dengan tajam.
“Tenanglah. Aku tidak akan mengganggu warga. Aku hanya ingin membantu membangun musala,” katanya. Tak lama kemudian penampakan Suraji berakhir.

Namun seterusnya, arwah Suraji tetap membantu pembangunan Musala pada malam hari. Banyak warga keheranan karena musala itu cepat selesai dibangun. Mereka yang belum tahu sebab musababnya merasa bingung dan heran.

(Muh Zainuddin MS/Jbo)-e
(Cerpen “Jagat Lelembut”
dimuat di Harian Merapi Jogja tahun 2007)

0 komentar:

Posting Komentar

Hai teman...
Berkomentarlah yang baik ya. Gunakan bahasa yang sopan, tak harus bahasa resmi pun tak apa. Yang penting, jangan menyinggung SARA dan SARU pastinya. hehe...
Terima kasih atas komentarnya!!

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management