Rabu, 28 Desember 2011

VITAMIN

Zaizai-Pharmacan -- Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang dalam jumlah kecil sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk memelihara fungsi dan metabolisme yang normal. Vitamin yang diperoleh oleh tubuh berasal dari makanan sehari-hari. Tetatpi ada juga yang diperoleh dari hasil sintesis flora usus, misalnya vitamin K dan asama pantotenat (Vitamin B5). Bahkan, vitamin A dan D dapat dibentuk sendiri oleh tubuh. Pada umumnya, vitamin merupakan co-enzim dari suatu yang berperan pada proses metabolism dalam tubuh.
Pada keadaan tertentu, tubuh dapat mengalami defisiensi (kekurangan) vitamin. Defisiensi vitamin dapat terjadi akibat beberapa hal antara lain:
a.       Makanan yang dikonsumsi shari-hari kurang kandungan vitaminnya
b.      Adanya gangguan pencernaan sehingga penyerapan vitamin menjadi terhambat
c.       Kebutuhan vitamin meningkat, misalnya pada masa kehamilan, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari sakit.
Berdasarkan sifat kepolarannya (kelarutan), vitamin dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
1.       Vitamin yang larut dalam air (hidrofil)
Vitamin dalam golongan ini mudah diserap oleh dinding usus dan mudah pula untuk dikeluarkan bersama urin. Sehingga vitamin dalam kelompok ini sedikit sekali yang disimpan dalam tubuh.
Vitamin-vitamin yang larut dalam air antara lain golongan Vitamin B-kompleks, Biotin, Rutin, dan Asam para amoni benzoat.
Disebut sebagai Vitamin B-Kompleks karena kelompok vitamin ini berasal dari sumber yang sama. Sehingga defisiensi satu anggota kelompok vitamin ini biasanya juga disertai dengan defisiensi seluruh kompleks vitamin ini.
a.       Thiamin (Vitamin B1)
Vitamin ini mudah larut karena biasanya terikat bersama HCl sebagai Thiamini Hydrochloridum (Thiamin HCl). Vitamin B1 biasanya terdapat dalam kulit beras, hati, ginjal, ragi, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan. Vitamin ini sangat penting dalam metabolism karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 dapat menyebabkan gejala anoreksia, obstipasi (sembelit), kejang otot, dan yang paling sering adalah kesemutan (paresthesia), beri-beri dengan polyneuritis dan gangguan jantung. Dalam dosis tinggi bersama dengan Vitamin B6 dan Vitamin B12 digunakan sebagai vitamin neurotropik.
b.      Riboflavin (Vitamin B2)
Vitamin ini biasanya diperoleh dari usus, telur, hati, kulit beras, ragi dan sayuran. Defisiensi Vitamin B2 dapat menyebabkan sakit tenggorokan dan radang pada sudut mulut, radang lidah, kelainan mata (conjungtivis dan fotophobia)
c.       Piridoksin (Vitamin B6)
Vitamin ini juga terikat bersama HCl sebagai Piridoksin HCl. Pada umumnya, vitamin ini ada dalam bentuk priridoksin, piridoksal, dan piridoksamin. Vitamin B6 Banyak terkandung dalam daging, hati, ginjal, padi-padian, kacang-kacangan, dan sayuran. Vitamin ini dalam dunia kefarmasian biasanya digunakan untuk melawan mual dan muntah (antiemetika), depresi karena pil antihamil, dan muntah kehamilan (morning sickness). Defisiensi Vitamin B6 dapat menyebabkan gangguan kulit (radang), gangguan alat pencernaan, radang selaput lender mulut dan lidah, radang saraf, dan ganggua pembentukan sel-sel darah merah. Defisiensinya juga dapat terjadi karena konsumsi INH (Isoniazid) untuk jangka waktu lama.
d.      Nikotinamida (Niasinamida, PP-Factor, atau Vitamin B3)
Vitamin B3 terdapat dalam sayuran, ikan, daging, padi, dan gandum. Vitamin ini ada dalam bentuk Asam Nikotinat. Di dalam hati, asam ini diubah menjadi nikotinamida yang merupakan co-enzim pada proses reduksi oksidasi. Defisiensi vitamin B3 dapat menyebabkan penyakit Pellagra, yakni gejala kulit menjadi hitam (dermatritis), gangguan lambung usus (diare), dan gangguan saraf (dementia).
e.      Asam Pantotenat (Vitamin B5)
Vitamin B5 terdapat di semua jaringan tubuh dan bermacam-macam makanan, dan juga dapat diproduksi oleh flora usus. Bentuk aktifnya adalah isomer dexter, yaitu d-pantotenat. Vitamin B5 merupakan suatu co-enzim A yang penting dalam metabolisme.
f.        Asam Folat (Vitamin B11)
Vitamin B11 atau yang sering dikenal sebagai asam folat banyak terdapat dalam sayuran, hati, ragi, daging, ikan, dan kacang-kacangan, dan hanya sedikit sekali terdapat dalam buah-buahan. Dalam hati, asama folat diubah menjadi tetrahidrofolat yakni suatu co-enzim pada sintesis asam inti dan pembelahan sel. Asam Folat sangat penting pada pembentukan eritosit (erytropoetic) sehingga defisiensinya dapat menyebabkan anemia megaloblaster.
g.       Cyanocobalamin (Vitamin B12)
Vitamin B12  merupakan suatu persenyawaan kompleks unsur Cobalt (Co) yang berwarna merah maroon. Dalam obat, vitamin B12 hanya terdapat dalam potensi microgram (mcg). Vitamin ini banyak terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan, yakni daging, hati, telur, dan susu, dalam bentuk suatu protein. Dalam lambung, vitamin B12 akan terlepas dari kompleksnya lalu berikatan dengan faktor intrinsik yang dikeluarkan oleh mukosa lambung, sehingga dapat diserap dengan mudah oleh usus halus. Dalam tubuh, vitamin ini ditimbun di dalam hati karena esensinya dalam pembentukan eritrosit sehingga defisiensinya dapat menyebabkan anemia megaloblaster.
h.      Asam Askorbat (Vitamin C)
Selain vitamin B-kompleks, vitamin C juga termasuk ke dalam vitamin yang larut dalam air. Vitamin C yang juga disebut sebagai Asam Askorbat banyak sekali terdapat dalam sayur dan buah. Vitamin C sangat berperan penting dalam pembentukan zat pengikat dalam tulang dan tulang rawan, sekitar kapiler, dan antar sel (kolagen) yang penting bagi saling terikatnya jaringan. Bila sintesis kolagen terganggu, dinding pembuluh darah mudah rusak sehingga mudah terjadi perdarahan. Selain itu, penggunaannya juga untuk mempercepat sembuhnya luka dan mempertinggi daya tahan tubuh terhadap infeksi kuman serta antilipidemika. Defisiensi vitamin C dapat menyebabkan sariawan (skorbut), gigi mudah lepas, luka yang sukar sembuh, da mudahnya terjadi perdarahan.
2.       Vitamin yang larut dalam lemak (hidrofob)

Senin, 26 Desember 2011

Tokoh-tokoh Berjasa dalam Bidang Farmasi dan Kedokteran

Zaizai-Pharmacan -- Ilmuwan-ilmuwan yang berjasa dalam perkembangan farmasi dan kedokteran adalah:

1. Hippocrates (460 - 370 Sebelum Masehi)
Hippocrates adalah seorang dokter Yunani yang memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah. Dia menerangkan obat secara rasional, dan menyusun sistematika pengetahuan kedokteran, serta meletakkan pekerjaan kedokteran pada suatu etik yang tinggi. Hasil uraiannya dari beratus-ratus obat-obatan pada masa itu menimbulkan suatu istilah "Farmakon", yang diartikan sebagai obat yang dimurnikan haya untuk tujuan kebaikan.
Hippocrates diberi penghargaan yang tinggi dan disebut sebagai "Bapak Ilmu Kedokteran".



2. Dioscorides (abad ke-1 Setelah Masehi)

Dioscorides adalah seorang dokter Yunani yang juga ahli Botani. Dia meruapakan orang yang pertama kali menggunakan ilmu tunbuhan sebagai Ilmu Farmasi Terapan. Hasil karyanya De Materia Medika dianggap sebagai awal dari pengembangan botani farmasi, yang kemudian ilmu bidang ini sekarang dikenal sebagai Farmakognosi.
Obat-obat yang berhasil dibuat oleh Dioscorides antara lain Opium, Ergot, Hyoscyamus, dan Cinnamon.




3. Galen (130 - 200 Setelah Masehi)

Galen adalah seorang dokter dan ahli farmasi bangsa Yunani yang menciptakan suatu sistem yang sempurna dari fisiologi, patologi, dan pengobatan. Dialah yang memulai pembuatan obat-obatan yang berasal dar tumbuhan dengan mencampur atau melebur masing-masing bahan, yang sekarang ini disebut sebagai "Farmasi Galenika".






4.  Philipus Aureolus Thephratus Bombastus van Hohenheim (1493 - 1541 Setelah Masehi)

Philipus adalah seorang dokter dan ahli kimia dari Swiss yang menyebut dirinya sebagai "Paracelcus". Pengaruhnya sangat besar terhadap perubahan dan perkembangan dunia farmasi, yakni menyiapkan bahan obat yang spesifik untuk melawan penyakit dan memperkenalkan sejumlah besar zat kimia obat secara internal.

Cara Buka Jejaring Internet yang di blok di Kampus

Zaizai-pharmacan -- Hai sahabat blogger... ^^) Pernahkah suatu ketika kalian hotspotan di suatu tempat seperti Kantor, Cafe, Sekolah, atau Kampus? Tentu pernah dong. Tapi apakah kalian pernah tidak bisa membuka Jejaring Sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Yahoo, ataupun situs lainnya dengan alasan di blog oleh si empunya hotspot?
Kali ini saya akan share cara menembus proxy hotspot yang tidak diperbolehkan membuka situs-situs jejaring sosial tersebut. So simple dan not so ribeet! hehe...
Ini dia si kecil bermanfaat yang disebut Ultrasurf. Dengan menggunakan aplikasi mini ini, sahabat blogger semua pasti bisa membuka jejaring sosial yang konon diblok tersebut.
Caranya:
  1. Download saja Ultrasurfnya di Ultrasurf.us atau langsung sedot saja lewat link yang saya berikan.
  2. Double Click file Ultrasurfnya untuk membukanya.
  3. Tunggu sampai "Status : Succesfully connected to server".
  4. Buka mozilla atau browser kesayangan sahabat blogger untuk mulai beraksi.
  5. Buka deh itu Facebook, Twitter, Youtube, Yahoo dan sebagainya.
Bila suatu ketika sahabat-sahabat gagal dalam meembuka Jejaring sosial yang diblok tersebut, lakukan setting pada browser mozilla seperti berikut :
  1. Klik Tools menu pada mozilla.
  2. Klik Options hingga muncul kotak dialog baru.
  3. Klik tab Network pada kotak dialog tersebut, lalu Klik Settings.
  4. Kemudian beri tanda pilihan pada "Use System Proxy Setting" 
  5. Klik OK kemudian OK lagi.
  6. Taraaaa.... Selamat Berjejaring Sosial ^^)
*) Catatan : Jangan lupa kalau mau login hotspot, kembalikan dulu Setting Proxy-nya. Caranya sama seperti langkah di atas, tetapi pilih "Auto-detect proxy settings for this network". Baru setelah login hotspot, atur lagi deh ke "Use System Proxy settings".

Ini saya kasih link download Ultrasurf :
Download UltraSurf v10.17

Gunakan dengan efisien ya dan selamat bereksperimen ^^)
Salam Blogger.

Kamis, 22 Desember 2011

Tuyul

Seperti biasa, aku dan kawan-kawanku meramaikan malam dengan bersenda-gurau di gardu ronda yang terletak di sebelah pohon randu besar yang menutupi cerahnya lampu besar di sudut perempatan desaku. Apalagi ini malam minggu. Ah, pikir kami, “manjakke urip!” Dengan berbekal seteko teh hangat dan pacitan sepiring kue kering, kami memanjakan waktu di malam itu. Tak lupa, Gandrung (julukan temanku) seperti biasanya membawa karambol.

“Wis, sekarang karambolan aja! Daripada ngantuk!”

Begitu asyik menapaki sang waktu, sampai kutak menyadari pukul satu malam sudah berdentang di hadapanku. Mulut demi mulut menganga lebar layaknya diaba-aba seperti sedang PBB. Tiada lagi yang mampu menahan kantuknya. Namun, sekali lagi Gandrung menghidupkan suasana malam yang telah dicengkeram rasa kantuk yang begitu mengembang. “Ah, kalian ini! Cuci muka sana! Masak gitu aja udah ngantuk?”

“Halah, kamu tadi juga angop tah?” tukas Pethel (nama samaran). Pethel pun menepuk bahu Gandrung hingga Gandrung tersenyum malu dan menggaruk-garuk kepalanya.
“Eh,” Darman (nama disamarkan) memulai suara, “Kemarin Mbah Minto diparani tuyul ya? Siapa yang tahu?”
“Wah, aneh-aneh saja ah! Tuyul itu takhayul ‘kan?” sambungku menyanggah ucapannya.
“Weh, ngeyel!”
“Alah, uwislah!” kucubit lengan Darman, “Buka matamu! Ngantuk tuh makanya ngomongmu ngelantur tak karuan gitu! Jaman sekarang mana ada Tuyul? Orang dari dulu juga tak ada tuyul! Udah, bubar aja. Aku sudah ngantuk banget.”

Suara sorak-sorai di antara kami pun terjadi. Malam rasanya hanya milik kami saja, semua sudah lelap ditelan mimpi-mimpi mereka, termasuk makam di seberang jalan yang bersenandung lirih mengisi pekatnya malam. Aku mulai tak kuasa lagi menahan perihnya kelopak mataku yang sudah sarat dengan perihal ‘kantuk’. Bergegas aku meninggalkan teman-temanku. Mungkin mereka mau tidur di gardu sampai pagi.

Selangkah demi selangkah aku berjalan menyeret kaki yang amat terasa berat untuk digerakkan. Tak lama kemudian aku tiba di rumah, karena rumahku memang hanya sejengkal saja dari gardu itu. Berlari kilat aku menuju kamar mandi dan menimba air untuk sejenak menyegarkan wajah kuyuku. Suara denyit karet timba bergesekkan dengan katrol yang berputar membuat bulu kudukku sedikit berdiri. Begitu miris di hati.

“Byur!” ember timba tiba di permukaan air sumur. Aku pun menariknya. Tiba-tiba terdengar suara anak kecil terkekeh ringan di belakangku. Dilanda penasaran, kutolehkan kepala ke belakang, tapi kosong menjawabku. “Majid?” tawa kecil yang kukira dari adikku.
“Ah, opo yo mau?” Gamangku menggelayuti. Pelan-pelan aku mengibaskan kepala, berharap semua ini hanya khayalan kantukku saja. Lalu kulanjutkan menarik karet timba yang tengah nggandhuli seember air.

“Hee.. hee.. hee..!” Deg! Suara itu kembali menggoda imanku. Secepat kilat aku pun membalik tubuhku ke belakang dan nihil menampang di ekor mataku. Sreet! Kutarik otot leherku dan kembali memandang ke arah depan. Sesosok tubuh kecil mungil tanpa busana bergoyang-goyang tepat di depanku. Aku melepaskan genggamanku pada karet timba. Kukumpulkan tenaga yang tersisa dalam kepalku lalu aku berusaha meninjunya. Namun sosok itu meloncat dan diraihnya lengan tangan kiriku dengan kedua tangannya, dan...

“Aaaaaaa....! Sakiiit!” suaraku menggelegar tanpa irama. Tanganku digigitnya sampai memar. Bekas gigitannya menunjukkan bahwa ia memiliki taring yang tumpul namun tajam. Amarahku memuncak, kutebas leher belakangnya dengan sisa tanganku. Setelah ia terkapar, aku memukulnya sekuat tenaga hingga ia tersungkur dua meteran.

Badanku lemah. Ayah dan ibuku terbangun menghampiriku.

“iii....itu!” kuberusaha menunjukkan tubuh sosok kecil seperti bayi itu kepada ayah dan ibuku. Sesaat lalu mataku sayu, kutergeletak pingsan dibarengi raibnya sosok itu. Esok harinya, aku tak mampu berucap sama sekali, tercengang dalam ketidakpercayaanku.

Mungkinkah sosok itu ialah jawaban yang selama ini menjadi sanggahanku? Tuyul?

(Kirimanku, di Harian Merapi) 
Selasa, 26 Oktober 2010

Arwah Dunia Lain Bantu Pembangunan Musala

Kepercayaan terhadap hal-hal gaib sudah berkembang lama di desa saya. Dulu, banyak orang percaya bahwa pohon randhu alas di salah satu makam desa dihuni oleh dua orang perempuan yang gaib. Bahkan sumur tua yang berada tak jauh dari musala juga disebut-sebut sebagai tempat angker.

Meski zaman menjadi semakin modern dan banyak orang berpikir lebih rasional, tapi kepercayaan warga desa terhadap hal-hal gaib tak juga luntur. Meski sudah banyak yang menjalankan ibadah agama, hal-hal berbau mistis itu masih melekat pada mereka.

Ndilalah kopyah, belum lama ini terbukti ada kejadian aneh yang berhubungan dengan jagad gaib. Berlangsung saat musala desa dibangun. Ketika terjadi gempa 27 Mei tahun kemarin, banyak rumah did esa saya hancur, begitu pula musalanya. Menjelang Ramadhan 1427 H kemarin, ada beberapa warga desa memulai iguh pertikel untuk membangun musala. Banyak warga rela bekerja lembur sampai malam hari. Lebih lagi para pekerja mudanya.

Suatu malam, Yanto, Mugi, Surat, dan Tarman (semua nama samaran) mendapat jadwal gotong-royong. Awalnya suasana berlangsung biasa-biasa saja. Dengan cekat-ceket para warga melakukan tugasnya masing-masing, namun tiba-tiba suasana itu berubah saat Surat akan mengambil semen cor-coran.

Lahdalaaah! Surat sempat njondhil karena melihat paculnya ngudhak-udhak semen sendiri. Surat berteriak, “Sett, seeetaaan!”

MENDENGAR teriakan Surat, temannya datang untuk melihat apa yang terjadi. “Ada apa, Rat?” Tanya Mugi.

“Iiii, iiitu, lihaaat!” katanya sambil menunjuk pazul yang bergerak sendiri.

Paculnya bergerak terus. Tak beberapa lama, sosok penggera pacul itu mulai muncul sepotong demi sepotong. Ketika bentuknya mulai utuh, terlihat wajahnya bercucuran darah, tubuhnya penuh dengan luka-luka. Dia mengenakan baju sobek-sobek berwarna biru dan berdarah.

“Iitu, ituu kan, Suraji (nama samaran) yang meninggal karena gempa kemarin?” kata Yanto sembari menunjuk sosok yang muncul tiba-tiba itu. Karena takut, mereka langsung berlari memanggil Kiai Sutopo (juga samaran) dan menceritakan apa yang terjadi. Mereka lalu kembali dengan Kiai itu. Sampai di lokasi kejadian gaib itu, Suraji masih terlihat mengaduk semen.

“Masya Allaaah, Suraji, kamu itu sudah meninggal. Janganlah kamu mencampuri urusan duniawi. Tempatmu bukan di sini. Pulanglah ke alammu sendiri!” kata Kiai sambil mengawasi Suraji dengan tajam.
“Tenanglah. Aku tidak akan mengganggu warga. Aku hanya ingin membantu membangun musala,” katanya. Tak lama kemudian penampakan Suraji berakhir.

Namun seterusnya, arwah Suraji tetap membantu pembangunan Musala pada malam hari. Banyak warga keheranan karena musala itu cepat selesai dibangun. Mereka yang belum tahu sebab musababnya merasa bingung dan heran.

(Muh Zainuddin MS/Jbo)-e
(Cerpen “Jagat Lelembut”
dimuat di Harian Merapi Jogja tahun 2007)

Rabu, 21 Desember 2011

Tuhan, biarkan cahaya memilihnya!

Napasku memburu
sisa malam yang Tuhan pahatkan pada garis tanganku
ia memuncak
saat warna malam menjadi makin kucam oleh waktu
kemudian aku mengguratkan pita emasku pada tepianmu
hingga purnama menelanjanginya
menyibak segala risau yang merantaimu
mengibas gulana dan membawamu segenggam cahaya terang
agar kau tak lagi takut melayar

Bukankah Tuhan materialkan itu untukmu?

Tuhan, janjikan ia hal-hal indah yang tak dapat kujanjikan
karena kutahu janji-MU tiada kata ingkar

Tuhan, dan biarkan cahaya memilihnya!

(Zai, Mengadu dalam doa)

Senin, 19 September 2011

ENZIM

Zai-Pharmacan -- Bioregulator (biokatalisator) adalah katalisator yang bekerja terhadap proses-proses dari suatu sistem kehidupan. Bioregulator yang terpenting yaitu Enzim, Vitamin, Mineral, dan Hormon.

A. ENZIM

Enzim (fermen) adalah senyawa-senyawa organik, umumnya merupakan protein yang dapat mengakibatkan atau mempercepat reaksi biokimia berdasarkan proses katalisa. Enzim ini hanya bekerja sebagai katalisator organik terhadap reaksi-reaksi dari substrat spesifik. Kegiatan enzim sangat tergantung pada faktor suhu, derajat keasaman (pH), dan konsentrasi ion-ion.
Nama dari enzim biasanya dibentuk dari nama substrat atau nama reaksi yang dipercepatnya dengan menambahkan akhiran 'ase'.
Contoh :
  1. Enzim Urease : Enzim pengurai urea 
  2. Enzim Protease : Enzim pengurai protein
  3. Enzim Lipase : Enzim pengurai lemak (lipid)
  4. Enzim Reduktase : Enzim yang mempercepat proses reduksi
  5. Enzim Hidrolase : Enzim yang mempercepat proses hidrolisi

    1). Penghasil Enzim

    Enzim dihasilkan oleh:
    • Mikroorganisme (bakteri atau jamur), misalnya lipase, amilase, streptokinase, penisilinase, dll.
    • Tumbuh-tumbuhan, dimana zat-zat ini dipisahkan dan kadang-kadang dalam bentuk kristal, misalnya Papase (dari Carica papaya) dan Bromelin (dari Annanas sativum). 
    Berdasarkan senyawa atau gugusan yang terkandung di dalam enzim, maka enzim dapat tersusun atas: 
    • Gugus Protein (Apo-enzim) 
    • Gugus non-protein (gugusan prostetik atau co-enzim). Kelompok ini berperan dalam metabolisme sel-sel tubuh. 

    2). Fungsi Enzim

    Enzim-enzim berfungsi terutama untuk:
    • Proses pencernaan dengan menguraikan lemak, protein, dan karbohidrat .
    • Reaksi-reaksi dengan berkaitan dengan proses pernapasan
    • Efek-efek dari vitamin berhubungan atau berkenaan dengan kerja dari enzim-enzim. Misalnya, defisiensi dari vitamin sebenarnya merupakan kekurangan enzim.
    • Memelihara keseimbangan hormon-hormon dengan sintesis hormon atau penguraian hormon yang berlebihan dengan antagonisnya. Misalnya, kelebihan insulin diuraikan oleh insulinase; kumulasi hormon nor-adrenalin atau asetilkolin pada organ-organ ujung diuraikan oleh MAO dan kolinesterase.
    • Melindungi jaringan tubuh terhadap efek-efek enzim yang dihasilkannya. Misalnya zat perintang tripsin dapat meniadakan kelebihan tripsin.

    3). Kegunaan Enzim
    Kegunaan enzim antara lain :
    • Sebagai penolong dalam pencernaan
    • Membersihkan dan menyembuhkan luka-luka dengan cara mencerna secara selektif jaringan-jaringan yang mati tanpa merusak jaringan yang sehat, termasuk juga melindungi saluran darah yang mengelilingi luka tersebut.
    • Menghilangkan radang atau bengkak yang berguna pada pengobatan luka-luka. Berdasarkan efek antiradang (antiinflamatory enzim), misalnya papase, protease, amylase, seropeptidase, streptokinase, dan lain-lain.
    • Sebagai antikoagulansia, yaitu menguraikan molekul-molekul fibrin yang menyebabkan pembekuan darah dan gumpalan-gumpalan darah pada pengobatan thrombosis dan tromboflebitis, misalnya Strptokinase.
    • Sebagai pembantu dalam diagnose (diagnostic enzim) 

      1. Glukosa Oksidase : Untuk menentukan kadar glukosa dalam urin pada penderita Diabetes Mellitus (DM) 
      2. Uricase : Untuk menentukan kadar asam urat dalam darah, antara lain pada gangguan ginjal, encok, dan lain-lain. 
      3. Analisis kadar enzim Laktat Dehidrogenase dalam serum darah, menunjukkan adanya jaringan yang mati di suatu tempat pada tubuh karena kekurangan darah, antara lain karena adanya penyakit kanker atau thrombosis koroner.
    4). Enzim-enzim Penting 
    • Enzim-enzim pancreas dan pepsin
    • Bromelin atau Ananase 
    • Merupakan enzim Protease dari Ananas sativum yang berkhasiat sebagai antiradang.
    • Papase atau Prolase
    • Merupakan enzim proteolitik yang didapatkan dari Carica papaya yang berkhasiat sebagai penghilang bengak-bengkak. 
    • Streptokinase dan Strptodornase
    • Merupakan enzim yang diperoleh dari bakteri Strptococcus haemolyticus. Strptokinase terutama bersifat fibrinolitik yang dapat menguraikan benang-benang fibrin, mengencerkan, serta melarutkan nanah yang kental dan darah yang beku. Enzim ini mempertinggi efek penggunaan antibiotika, dan digunakan pada pengobatan thrombosis koroner (infark jantung) dan menyembuhkan infeksi bernanah.
    • Fibrinolisin
    • Enzim ini diperoleh dari hasil penguraian enzim Strptokinase terhadap profibrinolisis atau plasminogen yang inaktif yang diperoleh dari plasma darah manusia.

    Sabtu, 03 September 2011

    Cinta!!!

    Cinta datang dengan baranya
    menyelip-nyelip di antara cerita
    saat ku tahu cinta itu memang buta
    buta, bahkan tanpa kacamata

    Cinta pergi dengan lonjakan hati
    meronta-ronta di pagi hari
    saat aku terbangunkan oleh mimpi
    mimpi, tanpa warna pelangi

    Tapi aku pun tahu
    cinta tak mudah begitu saja datang dan pergi
    tetaplah jadi pengisi haru
    haru saat kumeratapi sunyinya hari

    Aku ingin cinta
    cinta yang tetap suci dalam debu
    cinta yang selalu ada
    walau ragaku kan beku
    di kujur liangNya

    Aku tak ingin cinta
    cinta yang menyelimuti selalu
    dengan kebenciannya
    kegarangan dan dendam yang membisu

    Cinta
    Genggam aku
    Erat!!
    (Zai,
    Cintaku)
    Juli, 2009

    Gerhana Cinta

    Cerita ini kian memadam
    Ditapis gerhana bulan bermuka muram
    Suara serindai kini tak lagi terekam
    Semua diam
    ***
    Pelan-pelan mencoba piara
    Dua insan agar tak termakan umbra
    Cepat-cepat mencoba tak jera
    Mengusap gerhana pada mestika
    ***
    Agar dia tak buta
    Cinta yang nyata
    Adanya dalam jiwa
    Tak kubiarkan sirna
    ***
    Namun
    Kini hanya melamun

    (Zai,
    Gerhana Cinta Luka)
    April, 2009

    Rindu yang Terpenjara

    Segumpal hasrat mengepul memayungi
    Hati kecil yang sendiri
    Mengikis pahitnya racun dalam duri
    Lampiaskan semua jua tak sampai
    ***
    Perbedaan ini adanya
    Menambah rintang tuk bersua
    Waktu
    Kau mampu saat kutak bisa
    Aku juga
    ***
    Perbedaan ini hampir abadi bersemu
    Menyisir helai mimpi tentangmu
    Dimana?
    Kau ada ketika ragaku tak beradu
    Aku juga begitu

    ***

    Rindu ini makin menggurat
    Jelas tertapak sampai sarat
    ***
    Tuhan, Kau Maha Adil
    Rantai ini lepaskan
    Jeruji ini hancurkan
    Hasrat ini kabulkan
    ***
    Ku ingin
    Dapat berebut angin
    Denganmu
    Disaat kesuma merekah

    (Zai,
    Kerinduan yang Agung)
    April, 2009

    Kerengsaan Cinta

    Bila cinta mulai terkapar
    Beri kekuatan agar dia segar
    Sirami dia dengan ruh yang menawar
    Terangi dia dengan cahya yang membinar
    Agar rengsa tak lagi menjalar
    ***
    Bila cinta mulai senja
    Di pucuk tombak yang renta
    Dia lemah tak berdaya
    Luka, duka, lara yang merana
    Kan jadi kawan di masa kelana
    ***
    Ikat dia dengan keyakinan
    Basuh dia dengan harapan
    Janjikan dia mimpi yang menawan
    Meski ulur tangan tak raih awan
    Surga tetaplah jadi idaman
    ***
    Bagi rengsanya cinta...

    (Zai,
    Lemah)
    April, 2010

    Masih Disini

    Masih disini sengaja merangkai sunyi
    Coba kerlipkan bintang yang pasi
    ***
    Masih disini kukuh dalam pejam
    Tuk merajut mimpi yang karam
    ***
    Masih disini mencari mustika
    Dengkur bukan lagi sengaja mengejar mutiara

    (Zai,
    Kesungguhan Sebuah Harapan)
    April, 2010

    Gangsi Palsu

    Mengukup waktu terlambat sudah
    Meski harum semerbak dalam tadah
    Bahu orang takkan merebah
    Terangkat tak mengerti dalam gundah
    ***
    Menyumbat hidung tak terpungkiri
    Menggurah mulut tetaplah dusta
    Kantongmu terlalu kecil demi kecilnya bangkai
    Kutahu kau pengecut cinta


    (Zai,
    Persembunyian Sang Pengecut)
    April, 2009

    Denganmu

    Teduh relung jiwa
    Retas ngilu ini setelah lara
    Rasakan kemilau intan ditimpa Surya
    Menempa luka oleh berlian cinta
    ***
    Kau ikat relung jiwa dengan seuntai mimpi
    Kau tampis kengiluan yang merantai hati
    Hangatmu masih berapi
    Cintamu
    Muarakan nganga perih menelan brendi


    (Zai,
    Kuncak Gani Cinta Abadi)
    Juni, 2009

    Pita Biru

    Pita biru untuk lubuknya hati
    Mungil, tampiskan ego insani
    Halaulah picik berselimut badai
    Sirnakan kelabu Sang Mega pagi
    ***
    Bila kau ingat
    Engkau
    Sengaja datang berandai-andai
    Kurnia berdiri di kujur tengadah dirimu
    Sengaja pergi tanpa harga diri
    Gelakan tawamu peroleh sesaat hasratmu
    ***
    Pita Biru
    Kubawakan untuk egomu
    Untuk Kau
    Busungkan dadamu
    Biar kusemat padanya
    Harapkan lidahmu kunjung ungkapkan
    Setidaknya pada Yang Esa
    Sadar diri tuk kembalikan

    (Zai,
    Terima kasih, Perubahan)
    Juni, 2010

    Pekik Cinta

    Tangis bukan mimpi di mata
    Asam kau anggap manis yang terasa
    Saat kau harus terpedaya cinta
    Bukan dusta bila harus melunta
    ***
    Kembali kau rengkuh
    Dalam karut yang sungguh
    Terkoar-koar pekik isakmu
    Terangkai indah katamu dalam semu
    ***
    Kembali kau raup
    Duka nestapa saat surup
    Nalarmu lumpuh laun meredup
    Sejak embun pertama kau gugup
    “Dengan cintakah kuharus hidup?”


    (Zai,
    Nestapa rona lembayung)
    Juli, 2009

    Harapku Pada-MU

    Ya Allah
    Jadikan cinta ini indah dalam hidupku
    Berikan hati ini ketabahan dalam mengiringi hidupnya
    Meski kutak pernah tahu apakah sebentar lagi, nanti, atau besok akhir hidupku
    Tapi izinkan aku menyayanginya sampai mataku terkatup olehMu
    ***
    Ya Allah
    Mungkin aku bukanlah seseorang yang dia tunggu
    Tak banyak kata terucap padaku
    Tapi dengan hati yang kukuh aku percaya
    Ada aku di hatinya
    ***
    Ya Allah
    Maafkan aku bila tak mampu meyakinkannya dengan cintaku
    Bantu aku membuatnya percaya bahwa memang benar kumenyayanginya
    Berikanku batas untuk mebedakanku dengan yang lain
    Hingga kubisa menjadi diriku sendiri
    Untuk mencintainya
    ***
    Ya Allah
    Mengingatnya selalu menyenangkan
    Merindunya membuat hatiku bergetar
    Menyakitinya membuatku sakit
    Melupakannya membuatMu murka kepadaku
    Maka jagalah aku bersamanya
    Biar kutak lepas langkah dalam sanubari
    Sekokoh iman kan jadi perisai

    ***

    Ya Allah
    Kumenemukan sesuatu yang menguatkanku darinya
    Meski ku sedikit bimbang ketika ia sedikit meragukanku
    Hanya padamu aku mengadu
    Akan kesungguhan tekadku untuk bersamanya
    ***
    Cinta
    Lihat sorot air mataku
    Tampakkah kebohongan di sana?
    Tidak bukan?
    Kutak seperti itu
    Karena memang kau satunya
    Yang hidup dalam hatiku . . .


    (Zai,
    Kesungguhanku)
    Februari, 2010

    Tak Lagi

    Dulu ada segelintir cerita yang mewangi dalam hatiku
    Menenggelamkanku, membawaku dalam hangatnya kehidupan
    Dulu semua terasa segar dalam benakku
    Mengibaskan duka, lara, penat, dan pedih yang merona
    Dulu semua begitu membuatku damai
    Menorehkan harapan dan impian yang selalu kuidamkan
    Dulu kau begitu sayang padaku
    Bahkan ketika aku beranjak dewasa
    Dan ketika kau merasa kutak menyayangimu lagi
    Berbicara dulu membuatku sedikit jera
    Dilanda kepiluan yang memaku kokohnya hatiku
    Kini tinggal bayang kelam tanpa hati
    Ketika aku sadar, kini bukan dulu lagi


    (Zai,
    Kau Telah Berbeda)
    April, 2010

    Tanpa Daya

    Ketika kau butuh
    Aku tak hadirkan diri
    Ketika kau ingin
    Aku tak berikan tingkahku
    ***
    Siapa aku ini?
    Aku sangat menyayangmu
    Tetapi kutak punyai daya
    Mungkin kau tak sayangiku
    Tetapi kutak punyai daya

    ***
    Tak mampu kuucap lara
    Tak mampu kudengar jeritanmu
    Tak mampu kulukis semangatmu
    Tak mampu aku menyakitimu
    ***
    Sayang
    Aku disini selalu bagimu
    Bahkan ketika kau tak butuh
    Aku disni selalu berharap
    Bahkan ketika kau lelap tanpa mimpi
    ***
    Maafkan aku
    Mungkin aku memang hina
    Hingga kutak punyai daya apa
    Untukmu

    (Zai,
    Engkau Terlalu Indah)
    April, 2010

    Kau Kembali

    Paras itu datang
    Membawakan kasih yang pernah terasa
    Hati itu kembali
    Melengkapi khayalku yang hampir mati
    ***
    Kumohon jangan pergi lagi
    Biarkan aku menemani ragamu
    Mencium kasihmu yang tak mampu kuartikan
    Memanjakanmu dengan kangenku
    Menggenggammu dengan tali hati
    Membawamu ke dunia yang nyata
    Hingga kuharus mengatupkan mimpi
    Ketika Tuhan turunkan Izrail
    ***
    Kumohon
    Tetaplah disini
    Mengisi hati yang telah pasi
    Mengurai mimpiku akan kehadiranmu


    (Zai,
    Harapanku Saat Kau Disini)
    Maret,, 2010

    Resah

    Singsing wajah garangmu
    Katupkan koar berangmu yang menghardik
    Buang pelototanmu
    Kibaskan benci yang merantai
    ***
    Maafkanku karena cintaku
    Mungkin tak tawarkan damai buatmu
    Jangan kau ikat aku dengan kebencian
    Karena aku mati tanpa ceritamu
    ***
    Datanglah! Biarkan kucari makna
    Arti hadir diriku
    Dalam kesekian mimpi indahmu
    Jadi jangan diamkan aku

    (Zai,
    Cinta Sedang Berang)
    Februari, 2010

    Merindumu

    Ingatanku tak lepaskan sekelebat cahyamu
    Merajut mimpi yang membaur dalam jiwa
    ***
    Ingatanku tak membiarkan bayangmu enyah
    Menyibak sejuta rindu yang tersendam
    ***
    Ingatanku membuatku terikat satu denganmu
    Karena kau wahana rindu yang mencurah

    (Zai,
    Untuk cinta yang merindu)

    Februari, 2010

    Kesenyapan Seorang Insan

    Mencari mentika di antara cinta dan kasih
    Melemparkan lirikan pada hati yang menyusuriku
    Memendam hasrat yang sebenarnya ingin
    Tapi Tuhan tak beriku daya untuk pertingkah
    Membiarkanku terkubur dalam hasrat yang mencekam

    ***

    Cinta… Cinta… Cinta…
    Dulu kau datang lalu kemudian kau pergi
    Membekaskan rindu lalu nestapa melara
    Senyum yang pesti lalu duka yang mengharu
    Menemaniku lalu kau pergi tak acuhkanku lagi
    Tinggal aku yang menyepi

    ***

    Sinarmu telah pergi
    Tapi mentikaku masih bersatu
    Biarlah kuterkubur dalam rindu
    Memasrahkan diri pada Cinta Pertamaku
    Kembali pada-Nya mendebur tangis tanpa jeda

    (Zai,
    Kesendirian Padma)
    Januari, 2010

    Kamis, 01 September 2011

    Rindu Kasih Ayah


     Memiliki orang tua yang sayang pada putra-putrinya sudah barang menjadi idaman seorang anak. Bahkan sudah menjadi kodrat dari orang tua untuk dapat menghadirkan selimut kasih sayangnya pada buah hati mereka. Ya, itu sudah menjadi hukum yang tak akan terbantah oleh siapapun juga. Namun, apalah jadinya bila seorang ayah tak pernah lagi memberikan kasih sayangnya? Entah karena disengaja maupun tidak, ataukah sebatas lelah dan butuh masa pengembalian energi sehingga hal itu terjadi. Apa jadinya?
    Mungkin hal itu sedikit mengglobal juga. Refleksi dari sebuah otot-otot, logika menghakimi segala perdaya, kepalan dan hentakan menjadi perisai, menjadikan watak seorang lelaki yang kusebut “ayah” itu setingkat lebih garang daripada seorang ibu. Kemudian dengan seenaknya, ataukah memang sudah kodratnya juga, memarahi dan memberikan apa yang tak sepantasnya anak dapatkan. Ya, seperti itu juga polemik dari seorang ayah, meskipun itu tak menjadi mutlak ketika salah seorang anak mendapatkan kasih sayang seorang ayah.
    Ah, kasih sayang! Makanan rasa coklat dengan sedikit manis dan mengenyangkan. Kapan aku mengicipinya? “Sedikit sajalah!” Kadang aku menggerutu sendiri. Menyalahkan keadaan atau sekadar mengomel sendiri. Dimanakah garis-garis kasih sayang dari ayah yang sudah digariskan Tuhan untuk anaknya? Ataukah mungkin Tuhan lupa posisiku sehingga garis itu tak sampai padaku? Masak ‘sih Tuhan kehabisan pensil? Ah, bodohnya aku! Semua mimpi tentang ‘Taman Orang-Orang Perindu Hati’ terus menghantuiku. Otakku telah sarat dijejali material rindu dan kangen akan kasih sayang itu. Tuhan, bangunkanlah aku dan tawarkan aku sebuah pengabulanmu.
    “Ibu, kapan ya Ayah belikanku sepatu?” desahku menyambut tangan ibu sesaat setelah aku pulang dari sekolahku, pukul 8 malam. Sebuah rutinitas yang memaksaku menenggak habis waktuku di sekolah, biar kutak memikirkan rumah, atau mungkin mempermainkanku biar kurindukan rumah.
    Ibu hanya tersenyum kecil. Gurat-gurat senjanya terlihat begitu jelas menapak di dahinya. Terbayangkan betapa lelahnya ia mengasihiku. Dielus-elusnya rambutku, dan menyuruhku makan lalu mengambil jatah di kasur atau sekadar berbaring mengurai penat.
    Deg!! Masih kuingat ketika ayah berkata aku tak bisa berhemat sepatu. Ah, bagaimana mungkin sepatu bisa dihemat? Akukah yang terlalu bodoh memanjakan waktu biar ia memamah habis sepatuku? Apakah mungkin aku dengan sengaja melubangi sepatuku biar mendapatkan mode yang baru? Ah, sungguh! Ini semua tak cukup membuat jiwaku afiat. Terbunuh sudah akal sehatku hanya berharap ayah dapat menyayangiku dengan tulus. Mengapa hanya meminta dibelikan sepatu saja harus kena marah yang menghujam? Terus dan terus kupakai hingga wujudnya usang tiada sedap dipandang lagi.
    “Yah, Zai pamit dulu ya!” kumerunduk tak sedikit berani memandang tajam tatapannya. Kubalut dengan sedikit harapan pagi ini ayah memberikan perhatiannya. Sedikit saja katakan, “Hati-hati ya, Nak!”
    “Ingat ya, kepalamu siap kupenggal kalau ayah tahu kamu pulang malam hanya untuk hura-hura!” jawab kecunya melontar kepadaku. Kubalas dengan anggukan. Berharap ia mampu menerjemahkan anggukan kecil itu.
    Gumamku mengisi hati kecil ini. Itukah wujud sayangmu untukku, Ayah? Satu semester kau biarkan sakuku kering. Bagaimana bisa kau bilang aku berhura-hura? Perlukah aku mengemis di tepian jalan berharap segepok receh masuk ke saku kumalku? Tolong ayah, mengertilah. Aku sudah cukup dewasa untuk ini. Aku tahu harus menempatkan diriku dimana. Tak ada jurusan ‘pertongkrongan’ bagiku. Aku hanya ingin kau tahu. Tangisku bergeliat tak karuan dalam hati. Di rumah serasa hanya untuk mampir tidur kemudian pergi tak tahu rumah lagi. Kadang kalau aku malas pulang, kuteguk secangkir malam di kaki langit untuk memoles kepenatan ini dengan seutas cahaya dari langit. Mencoba berkhayal aku sedang kau manjakan dengan binar bulan yang terasa hangat berapi-api seperti ketika aku masih kau ayun-ayun dahulu itu.
    “Pulanglah! Ayah menunggumu!”
    Terkadang aku merasa ini bukan duniaku. Selamanya aku kan merasa tak pernah berkecukupan. Kasih sayang seorang kekasih, tak ada samanya dengan kasih sayang seorang ayah. Ia yang membuatku ‘ada’, sedangkan Meiya hanya sekadar membuat aku merasa ‘berada’. Meiya begitu sayang padaku. Mungkin ayahku juga. Tapi tak tahu hilang kemanakah rupa dari konsep khayalku itu. Kemanakah aku harus mengadu semua ini?
    “Aku jenuh dengan semua ini!” gerutuku menahan tangis dalam diri. Kubiarkan saja kengiluan dalam dada ini terus bergeliat. Namun kuputuskan untuk mengantarkan Meiya pulang dahulu, barulah aku pulang.
    Waktu menuntunku menuju persinggahan duniaku. Sesekali kutengok kiri-kanan jalan untuk mencari sekelebat angin kecil yang mungkin bisa menepiskan rasa sesak padat ini. Sesekali juga wajah ayah melintas dalam kekaburan malamku. Kujamah, kemudian ia hilang menelusup malam yang terasa dingin memeluk raga. Ah, sia-sia saja. Namun kutak peduli. Kukibas-kibaskan kepalaku biar kantuk juga tak merajaiku. Traumaku masih berapi-api oleh kecelakaanku tiga tahun yang lalu yang menelan tulang hasta tangan kananku, karena kumengantuk. Hmmm, terbayangkan nanti aku bisa berbaring lega di atas peraduanku mengingat besok tak ada ulangan, PR, maupun praktikum resep. Kuhela napas lega.
    “Anak sial!”
    “Plaaaaak!”
    Kemerintih kesakitan, menahan geram dan rasa kalut yang sungguh, sembari memegangi pipi kananku yang memadam merah. Ekor mataku bertebaran menyusuri pelototan mata ayah yang teramat sadis dan bengis. Ingin rasanya aku melawan, tapi kuingat aku hanyalah bagian kecil dari hidupnya.
    “Untuk apa sekolah kalau cuma pulang malam seperti ini terus!!”
    Terpejam mataku seketika juga. Mana? Lhoh? Tak kena! Kusaksikan Ibu menahan lengan kanan ayah dari belakang. Rupanya lengan itu hendak berayun ke wajahku, mendaratkan tamparan yang mungkin kan terasa tak mengenakkan.
    “Lepaskan, Bu! Lepaskan!” teriakku, “Untuk apa aku hidup kalau tak pernah disayang sama Ayah? Biarkan saja Ayah menamparku! Biarkan!” tangisku tempiaskan seluruh dayaku untuk katakan itu.
    Ayah hanya tertegun. Cengang malam mencekam keheningan jiwaku. Kutak peduli lagi dengan semua ini.
    “Tampar saja aku, Yah! Ambil parangmu, asah yang tajam. Biar saja aku mati tanpa kasih sayangmu! Aku pulang malam, karena kuselalu termenung meratapi Ayah yang terasa asing buatku! Malas rasanya aku pulang. Sekarang, bunuh sajalah aku!!”
    Deg.. Deg.. Semua serasa berhenti. Waktu. Aliran darahku juga serasa beku. Ayah yang tadinya garang, kini tak lagi. Aku beranjak menuju Ibu, kupeluknya dengan erat. Kudekatkan suara batinku.
    “Bu...” suara lirihku menyampaikan desah hatiku. Mungkin masih bisa terdengar, atau mungkin juga tak sampai ke telinga ibu. Lalu kulepaskan pelukan ibu, pergilah aku meninggalkan malam di hunian duniaku itu.
    “Mau kemana?” bentakan ayah menghalangi langkah gontaiku.
    “Tak usah pikirkan Zai, apalah artinya anakmu yang tak kau anggap ini!”
    Seperti mimpi aku bisa berkata demikian. Seperti khayal aku bisa berucap itu pada Ayahku sendiri. Namun tak akan pernah kuasa kumenyimpannya rapat-rapat dalam hati. Biar sajalah aku merana. Merindukan kasih sayang seorang ayah yang tak bisa kuuraikan.
    Dengan perasaan gelisahku, aku bergegas pergi tuk menenangkan hatiku. Handphone kumatikan, biar saja aku beradu dalam diri. Meiya pun tak kuberi kabar. Biar saja aku sendiri dalam pekat malam yang mengikat jerit nuraniku.
    “Ayah, Zai sayang sekali pada Ayah!” suaraku tersengal-sengal dibarengi derai air mata yang membumi. Maafkanlah aku yang tak mampu menjadi bagian hidupmu dengan sempurna. Inilah aku, Yah. Aku anakmu, yang dititipkan Tuhan kepadamu. Kalaupun aku bukan titipanNya padamu, biarkan saja aku berlari dalam sendiriku. Aku tak akan pernah berharap sosok ayah yang lebih baik darimu. Karena bagiku, engkaulah yang terbaik di hatiku. Karenamu, aku bisa sebesar ini.

    Sendiri tanpa serinai
    Kelebat senja tak hadirkan, pengabulan atas rindu kasih
    Mestika tanpa wahana
    Cerita Tuhan belum menyata, bumi Ayahanda untuk daku
    Bocah dalam prahara
    Masih menunggunya mengawankan jiwa kering ini
    Hadirlah...
    (Zai : Rindu kasihmu, Ayah!)

    (Kirimanku, di Harian Minggu Pagi) 
    Minggu Pagi No. 31 TH 63 Minggu V Oktober 2010
     
    Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management