Kamis, 22 Desember 2011

Tuyul

Seperti biasa, aku dan kawan-kawanku meramaikan malam dengan bersenda-gurau di gardu ronda yang terletak di sebelah pohon randu besar yang menutupi cerahnya lampu besar di sudut perempatan desaku. Apalagi ini malam minggu. Ah, pikir kami, “manjakke urip!” Dengan berbekal seteko teh hangat dan pacitan sepiring kue kering, kami memanjakan waktu di malam itu. Tak lupa, Gandrung (julukan temanku) seperti biasanya membawa karambol.

“Wis, sekarang karambolan aja! Daripada ngantuk!”

Begitu asyik menapaki sang waktu, sampai kutak menyadari pukul satu malam sudah berdentang di hadapanku. Mulut demi mulut menganga lebar layaknya diaba-aba seperti sedang PBB. Tiada lagi yang mampu menahan kantuknya. Namun, sekali lagi Gandrung menghidupkan suasana malam yang telah dicengkeram rasa kantuk yang begitu mengembang. “Ah, kalian ini! Cuci muka sana! Masak gitu aja udah ngantuk?”

“Halah, kamu tadi juga angop tah?” tukas Pethel (nama samaran). Pethel pun menepuk bahu Gandrung hingga Gandrung tersenyum malu dan menggaruk-garuk kepalanya.
“Eh,” Darman (nama disamarkan) memulai suara, “Kemarin Mbah Minto diparani tuyul ya? Siapa yang tahu?”
“Wah, aneh-aneh saja ah! Tuyul itu takhayul ‘kan?” sambungku menyanggah ucapannya.
“Weh, ngeyel!”
“Alah, uwislah!” kucubit lengan Darman, “Buka matamu! Ngantuk tuh makanya ngomongmu ngelantur tak karuan gitu! Jaman sekarang mana ada Tuyul? Orang dari dulu juga tak ada tuyul! Udah, bubar aja. Aku sudah ngantuk banget.”

Suara sorak-sorai di antara kami pun terjadi. Malam rasanya hanya milik kami saja, semua sudah lelap ditelan mimpi-mimpi mereka, termasuk makam di seberang jalan yang bersenandung lirih mengisi pekatnya malam. Aku mulai tak kuasa lagi menahan perihnya kelopak mataku yang sudah sarat dengan perihal ‘kantuk’. Bergegas aku meninggalkan teman-temanku. Mungkin mereka mau tidur di gardu sampai pagi.

Selangkah demi selangkah aku berjalan menyeret kaki yang amat terasa berat untuk digerakkan. Tak lama kemudian aku tiba di rumah, karena rumahku memang hanya sejengkal saja dari gardu itu. Berlari kilat aku menuju kamar mandi dan menimba air untuk sejenak menyegarkan wajah kuyuku. Suara denyit karet timba bergesekkan dengan katrol yang berputar membuat bulu kudukku sedikit berdiri. Begitu miris di hati.

“Byur!” ember timba tiba di permukaan air sumur. Aku pun menariknya. Tiba-tiba terdengar suara anak kecil terkekeh ringan di belakangku. Dilanda penasaran, kutolehkan kepala ke belakang, tapi kosong menjawabku. “Majid?” tawa kecil yang kukira dari adikku.
“Ah, opo yo mau?” Gamangku menggelayuti. Pelan-pelan aku mengibaskan kepala, berharap semua ini hanya khayalan kantukku saja. Lalu kulanjutkan menarik karet timba yang tengah nggandhuli seember air.

“Hee.. hee.. hee..!” Deg! Suara itu kembali menggoda imanku. Secepat kilat aku pun membalik tubuhku ke belakang dan nihil menampang di ekor mataku. Sreet! Kutarik otot leherku dan kembali memandang ke arah depan. Sesosok tubuh kecil mungil tanpa busana bergoyang-goyang tepat di depanku. Aku melepaskan genggamanku pada karet timba. Kukumpulkan tenaga yang tersisa dalam kepalku lalu aku berusaha meninjunya. Namun sosok itu meloncat dan diraihnya lengan tangan kiriku dengan kedua tangannya, dan...

“Aaaaaaa....! Sakiiit!” suaraku menggelegar tanpa irama. Tanganku digigitnya sampai memar. Bekas gigitannya menunjukkan bahwa ia memiliki taring yang tumpul namun tajam. Amarahku memuncak, kutebas leher belakangnya dengan sisa tanganku. Setelah ia terkapar, aku memukulnya sekuat tenaga hingga ia tersungkur dua meteran.

Badanku lemah. Ayah dan ibuku terbangun menghampiriku.

“iii....itu!” kuberusaha menunjukkan tubuh sosok kecil seperti bayi itu kepada ayah dan ibuku. Sesaat lalu mataku sayu, kutergeletak pingsan dibarengi raibnya sosok itu. Esok harinya, aku tak mampu berucap sama sekali, tercengang dalam ketidakpercayaanku.

Mungkinkah sosok itu ialah jawaban yang selama ini menjadi sanggahanku? Tuyul?

(Kirimanku, di Harian Merapi) 
Selasa, 26 Oktober 2010

2 komentar:

SOCIO - MOTIVATION mengatakan...

Assallamu’alaikum Wr. Wb.
Hai Friend, apa khabar?
Ceritanya bagus...
Oh yaa…
Saya buat postingan baru nich.
Kalau sempat silahkan mampir di blog saya, yaa…
http://sosiomotivation.blogspot.com
Kita bisa berbagi tentang motivasi.
Selamat menikmati, semoga bermanfaat.
Thanks.

M Zainuddin M Saputra mengatakan...

Wa'alaikumsalam Wr. Wb.
Alhamdulillah baik...
Terima kasih atas kunjungannya ke blog saya, Pak :)
ya, saya sudah follow blognya.. Follow kembali dong.. hehe terima kasih

Posting Komentar

Hai teman...
Berkomentarlah yang baik ya. Gunakan bahasa yang sopan, tak harus bahasa resmi pun tak apa. Yang penting, jangan menyinggung SARA dan SARU pastinya. hehe...
Terima kasih atas komentarnya!!

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management